'Mereka tidak menerima kos untuk anak Papua'
Kasus rasisme yang terjadi di Indonesia sudah tidak bisa dihitung dengan jari lagi, Masyarakat Indonesia yang beragam menjadi salah satu faktor terjadinya masalah ini. Mulai dari kasus antar umat beragam sampai dengan kasus antar ras yang ada di Indonesia. Berita memprihatinkan dari saudara kita asal Papua pada tahun 2016 yang mendapatkan perlakuan tidak adil dari masyarakat kita sendiri.
Benediktus Fatubun, mahasiswa berusia 23 tahun asal Papua, terus berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain. Dia selalu berhenti di setiap rumah yang memasang tulisan ‘Menerima Kos Putra’ atau ‘Masih Ada Kamar Kosong’ di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Namun setiap ia mengetuk pintu, sang pemilik rumah selalu mengatakan kamar kos sudah penuh atau sudah tidak menerima kos.
Mahasiswa yang biasa dipanggil Benfa ini tidak tahu pasti apa penyebabnya. Yang jelas dia yang sudah diterima menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi sampai sebulan tidak juga mendapatkan tempat kos.
Belakangan Benfa tahu, penolakan itu lantaran dia orang Papua. “Ada yang bilang, tidak menerima kos untuk anak Papua,” ceritanya, Jumat (01/07).
Ini tidak hanya terjadi pada Benfa. “Saya juga ditolak gara-gara saya orang Papua,” kata Ruben Frasa (26), mahasiswa semester akhir salah satu kampus swasta di Yogyakarta.
Suatu hari, pelajar Papua yang lain diminta pergi dari halaman kampus oleh seorang dosen. Mahasiswi yang sedang duduk sambil merajut Noken itu dihampiri diminta pergi karena 'dia orang Papua'. Testimoni mahasiswi yang tak ingin disebut namanya ini lantas dibagikan dalam sebuah unggahan Facebook, memicu perbincangan di dunia maya.
“Sampai sekarang, perlakuan diskriminatif dan rasis masih sering kami terima,” ujar Aris Yeimo (30), Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua di Yogyakarta, seperti yang dilaporkan wartawan lokal Yaya Ulya, Minggu (03/07).
Perbedaan perlakuan terhadap orang Papua tidak hanya terjadi di Yogyakarta tetapi juga di beberapa daerah lain termasuk di Jakarta.
Kita sebagai generasi muda sudah selayaknya mengamali nilai Pancasila terutama sila ke-5 dimana menjelaskan tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang ras, suku, dan agamanya. Saya harap melalui postingan ini dapat menyadarkan kita semua bahwa Indonesia negara Bhinneka Tunggal Ika yang dapat menjadi contoh negara lain bahwa perbedaan bukan faktor yang dapat memecah belah suatu bangsa atau negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar